Sorry banget gue udah jarang banget ngeposting akhir-akhir ini. Review drama pun bulan ini baru satu kali huhuhu. Kali ini gue bukan untuk membahas drama korea karena jujur gue pun belum nyelesaian satu drama pun karena masalah ini yang membuat gue bener-bener drop dan nonton drama pun gak mood sama sekali.
So hari ini gue mau cerita kalau gue melakukan rapid test corona yang diselenggarakan oleh homecare24. Rapid test sendiri adalah test awal untuk mendeteksi virus corona ini ada ditubuh kita atau tidak. Tetapi rapid test sendiri menurut dokter gak menjamin hasilnya karena belum tentu akurat. Hasil dari rapid test ini nantinya akan mendeteksi siapa saja yang harus melakukan test lanjutan yaitu swab test yang merupakan mendeteksi virus corona yang lebih akurat dibandingkan rapid test.
Gue bisa rapid test karena atasan dikantor gue mendaftarkan keluarganya beserta karyawannya untuk menjalani rapid test yang diselenggarakan oleh homecare24 di GKI Kranggan, Bekasi. Awalnya gue merasa pede aja hasilnya gaakan positif karena secara gue cuma ngantor-pulang-ngantor-pulang aja setiap hari dibandingkan sama temen kantor gue yang hampir setiap hari harus PP Jakarta-Serang-Jakarta dan kadang menggunakan angkutan umum. Alhasil gue dengan santai ikut menjalani rapid testnya dengan cara drive thru. Jadi kita di ambil sample darahnya seperti melakukan test golongan darah didalam mobil.
Gue orang paling terakhir di mobil itu yang menjalani testnya. Semua orang yang semobil sama gue hasilnya sudah keluar dan negatif sedangkan gue belum ditest dan hasil gue keluarnya pun agak lama dibandingkan yang lain. Gue juga harus test 2x karena katanya alat untuk testnya itu sedang error. Gak lama gue pun disamperin sama petugas medisnya dan mengatakan kalau gue positif/reaktif yang berarti ditubuh gue ini ada virus. Jujur di pikiran gue udah bener-bener kosong. Bahkan petugas medis yang ngejelasin panjang kali lebar pun gaada satu pun yang masuk ke otak gue karena memang pikiran gue langsung kosong dan bingung harus gimana. Rasanya mau langsung nangis tapi malu karena ada atasan gue di mobil itu.
Singkat cerita gue pura-pura untuk tenang walaupun hati dan otak udah kosong+panik+bingung harus apa karena gak ber ekspetasi kalau gue bakalan positif nantinya. Secara badan gue bener-bener yang sehat walafiat. Gapernah batuk apalagi demam, bahkan pusing pun gak. Jadi bener-bener langsung drop banget gue gara-gara dibilang hasil testnya positif. Tapi anehnya ya, gue kan bisa rapid test itu karena atasan gue daftar melalui aplikasi homecare24, dan hasil dari rapid test tadi juga ada diaplikasi itu. Di aplikasinya, hasil test gue adalah negatif sedangkan kata petugas medis yang ngambil sample darah gue mengatakan positif. Temen-temen kantor dan atasan gue sebenernya juga bingung kenapa hasil testnya kok berbeda. Atasan gue pun menyarankan untuk ikut test ulang dan keluarga gue juga disuruh ikut testnya, namun keluarga gue udah terlanjur takut dan merekapun gak mau untuk melakukan rapid test.
Setelah beberapa jam hasil test gue keluar, gue langsung dihubungi sama pihak puskesmas kecamatan Jatisampurna (karena GKI Kranggan tempat gue test masuknya kecamatan Jatisampurna) untuk melakukan test lanjutan perihal hasil rapid test gue yang positif. Awalnya gue disuruh untuk datang ke puskesmas jatisampurna, namun tidak jadi karena KTP gue bukan dari kecamatan Jatisampurna. Gue pun disarankan untuk menemui petugas medis yang berada di kecamatan tempat gue tinggal.
Besok paginya, gue langsung dihubungi sama puskesmas dari Kelurahan tempat gue tinggal. Gue melakukan video call sama petugas medis di sana dan dia pun menginformasikan bahwa gue harus isolasi mandiri dirumah dan gue akan melakukan swab test. Swab test ini dilakukan dirumah gue, jadi petugas medisnya yang dateng kerumah gue dengan pakaian APD nya. Swab test ini sendiri adalah test untuk mendeteksi virus corona yang dilakukan dengan cara mengambil air liur yang berada di tenggorokan menggunakan sejenis cuttonbad tapi agak panjang dan juga mengambil dahak yang ada di tenggorokan kita. Keluar gue pun sebenernya takut sekaligus malu kalau sampai petugas nya yang dateng kerumah gue, secara rumah gue berada di perkampungan yang tetangga sebelahnya pada nempel bakalan jadi bahan omongan sama tetangga sekitar.
Karena pernah kejadian (walaupun bukan didekat rumah gue tapi masih satu kelurahan) dia juga melakukan test swab sama seperti gue yang didatangi petugas medisnya kerumah menggunakan APD. Dia ini sampai didatangi oleh orang kelurahan beserta PPSU yang sebenernya orang-orang ini gaada hubungannya sama test swab tersebut karena test swab inikan dilakukan oleh petugas medis doang tanpa harus orang kelurahan dan PPSU ini hadir. Berkat kejadian itu, keluarga yang di lakukan swab test tadi merasa dipermalukan karena hasil dokumentasi dari orang kelurahan beserta PPSU tadi menyebar kemana-mana dan membuat kehebohan. Padahal hasil swab test tersebut pun negatif bukan positif.
Karena takut kejadian itu terulang akhirnya ketua dari gugus tugas covid-19 kelurahan mendatangi kerumah gue dan berusaha untuk menjelaskan bahwa jangan sampai kejadian itu terulang kembali. Dia pun berusaha semaksimal mungkin untuk tidak membuat kegaduhan dan yang datang hanya petugas medis saja tanpa harus membawa orang kelurahan maupun PPSU. Berkat penjelasan dari ketua gugus tugas tersebut, keluarga gue sedikit lega walaupun gue sendiri masih terus-terusan kepikiran dan bahkan matapun udah capek banget untuk nangis.
Besoknya gue didatangi petugas medis dari orang kelurahan dan kecamatan. Untungnya ini tidak membuat kegaduhan dan hanya petugas medisnya saja yang datang. Walaupun tetangga terdekat merasa penasaran karena tiba-tiba saja petugas medis dengan menggunakan APD lengkap datang kerumah gue. Singkatnya air liur dan dahak gue yang berada ditenggorokan sudah diambil. Petugas medisnya pun bilang bahwa rapid test, apalagi yang digelar oleh pihak swasta sama sekali tidak menjamin bahwa jika hasilnya positif maka langsung positif corona. Katanya hasil rapid test oleh swasta sebenernya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena yang bisa dipertanggungjawabkan hanyalah swab test karena laporannya langsung ke dinas kesehatan. Setelah melakukan swab test, gue disuruh menunggu 2-3 hari kedepan untuk hasilnya.
Selama 2-3 hari ini gue selalu berdoa terus-terus karena takut hasilnya bakalan positif karena sekarang udah banyak orang yang positif masuk kategori OTG (orang tanpa gejala) yang kebanyakan diderita oleh anak muda. Selama itu juga gue bener-bener gak keluar kamar, kecuali untuk mandi dan berbuka puasa. Yang biasanya kalau gue lagi libur, gue selalu keluar untuk main sama kucing atau sekedar nonton tv diruang tengah gue pun gak berani untuk melakukan hal itu karena kalau nantinya hasil gue beneran positif akan mempengaruhi ke keluarga gue.
Setelah rapid test itu juga, gue selalu dihubungi oleh petugas medis kelurahan yang akan selalu memantau keadaan gue via whatsapp selama 14 hari kedepan. Nantinya petugas medis tersebut setiap harinya menanyakan keadaan gue dan menanyakan apakah gue ada gejala-gejala atau tidak. Gue juga disarankan oleh saudara gue yang kebetulan kerja di rumah sakit untuk selalu minum You C1000 yang botolan warna kuning/orange setiap harinya dan juga kalau bisa setiap hari nya diusahakan untuk minum air hangat agar tenggorokan tidak kering.
2 hari sudah berlalu dan gue masih menunggu untuk hasil testnya. Gue juga masih merasa panik atau lebih ke gugup karena hasil testnya yang belum keluar. Bahkan sampai-sampai mendengar bunyi notif whatsapp masuk pun langsung deg-degan karena takut ada kabar tentang test gue dan hasilnya tidak menyenangkan. Akhirnya setelah di sore hari setelah gue mandi sore akhirnya gue mendapatkan kabar kalau hasil swab test gue adalah NEGATIF. Gue langsung merasa kayak lega nya yang bukan main. Selega itu akhirnya gue mendapatkan kabar yang sangat menyenangkan. Bener-bener bersyukur alhamdulillah atas kabar tersebut. Walaupun hasil gue negatif gue masih harus melakukan isolasi mandiri selama 14 hari dan gue masih akan dipantau terus sama petugas medisnya.
Perasaan gue setelah dinyatakan negatif senengnya bukan main karena selega itu dapat kabarnya. Gue pun akhirnya tau kenapa orang-orang yang ODP (orang dalam pengawasan) banyak yang ingin kabur dari petugas medisnya, karena dia pasti merasa takut untuk dilakukan test lanjutan. Belum lagi yang nantinya bakalan dijauhi sama orang-orang sekitar karena mereka pun takut tertular. Gue sendiri merasakan hal itu setelah hasil rapid test gue dinyatakan positif. Tapi alhamdulillah nya hasil swab test yang sudah gue lakukan hasilnya negatif. Bener-bener bersyukur banget sama Allah yang udah ngedengerin doa-doa gue. Allah memang baik :))
So segitu aja curhatan panjang gue hahaha. Terimakasih sudah membaca curhatan gue sampai selesai dan diharapkan jika kalian membaca pengalaman gue ini dan nasibnya sama kayak gue yang hasil rapid testnya positif, yang pertama gak usah panik dulu karena bisa aja setelah dilakukan swab test hasilnya negatif seperti gue. Ikutin aja semua prosedur yang diminta sama petugas medisnya walaupun memang berat dan berasa kayak diterror tapi sebenernya itu buat kebaikan di kitanya juga kok. Pokoknya buat kalian semua tetap jaga kesehatan ya dan jangan lupa untuk bahagia! Terimakasih kamsahamida ~ Anyeongg ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Bijak dalam Berkomentar