I remember years ago
Someone told me I should take
Caution when it comes to love
I did, I did
And you were strong and I was not
My illusion, my mistake
I was careless, I forgot
I did
And now when all is done
There is nothing to say
You have gone and so effortlessly
You have won
You can go ahead tell them
Tell them all I know now
Shout it from the roof top
Write it on the sky love
All we had is gone now
Tell them I was happy
And my heart is broken
All my scars are open
Tell them what I hoped would be
Impossible, impossible
Impossible, impossible
Falling out of love is hard
Falling for betrayal is worst
Broken trust and broken hearts
I know, I know
Thinking all you need is there
Building faith on love is worst
Empty promises will wear
I know (I know)
And know when all is gone
There is nothing to say
And if you're done with embarrassing me
On your own you can go ahead tell them
Tell them all I know now
Shout it from the roof top
Write it on the sky love
All we had is gone now
Tell them I was happy
And my heart is broken
All my scars are open
Tell them what I hoped would be
Impossible, impossible
Impossible, impossible
Impossible, impossible
Impossible, impossible
Impossible, impossible
Ooh impossible (yeah yeah)
I remember years ago
Someone told me I should take
Caution when it comes to love
I did
Tell them all I know now
Shout it from the roof top
Write it on the sky love
All we had is gone now
Tell them I was happy (I was happy)
And my heart is broken
All my scars are open
Tell them what I hoped would be
Impossible, impossible
Impossible, impossible
Impossible, impossible
Impossible, impossible
Impossible, impossible
I remember years ago
Someone told me I should take
Caution when it comes to love
I did
Lirik Lagu Maddi jane - Impossible
05 Oktober 2012
Nenek Menangkap Pencuri
Di
sebuah desa, tinggallah seorang nenek bersama cucunya. Suatu sore, saat sedang
menyiapkan makan malam, nenek berkata pada cucunya. “Tolong ambil telur ayam
yang nenek simpan di bawah ranjang.” Si cucu segera masuk ke kamar. Namun,
tiba-tiba terdengar teriakannnya, “Nek, cepat kemari!” Nenek segera berlari ke
kamar. Wajah cucunya tampak pucat. Tangannya menunjuk ke bawah ranjang. Nenek
segera berlutut dan melengok ke bawah kolong ranjang. Oh tuhan, seru nenek
dalam hati. Di kolong ranjang ada wajah yang menakutkan. Itu pasti pencuri,
pikir nenek.
Walau
takut, nenek tua bersikap tenang. Sambil memeluk cucunya dia berkata, “Kenapa
takut cu? Paman ini hanya ingin menginap semalam di rumah kita. Dia takut
mengganggu kita, maka diam-diam tidur di kolong ranjang kita. Ayo, cepat
persilakan paman keluar.”
Pemuda
yang berada di kolong ranjang segera keluar, tanpa menunggu dipanggil. Pemuda
itu berdiri di hadapan nenek. Tubuhnya besar dan kuat. Nenek tak mungkin
melawannya. Maka dengan ramah nenek berkata, “Anak muda, tentu kamu belum
makan. Ayo makan bersama kami di dapur!”
Pemuda
itu mengikuti nenek dan cucunya ke dapur. Sambil berjalan ia berkata dalam
hati, “Nenek ini sudah pikun. Tapi biarlah saya makan sampai kenyang dulu.
Nanti setelah dia tidur, baru saya mencuri barang-barangnya.”
Selesai
makan, nenek berkata, “Anak muda, kamu tentu ingin tahu tentang keluargaku,
kan?” Pemuda itu menganggukkan kepalanya.
“Saya akan ceritakan tentang ayahku dulu …” Pemuda itu berfikir, biarlah nenek
ini bercerita sepuas-puasnya. Sebentar lagi dia akan menangis kehilangan
barang-barangnya. “Silahkan, nek! Ceritakanlah tentang ayahmu,” kata pemuda
itu.
“Suatu
hari, ayahku jatuh sakit. Sakit yang sangat parah. Dokter yang mengobatinya
mengatakan dia harus dioperasi. Begitu melihat pisau bedah, ayahku langsung
berteriak, TOLONG! TOLONG! TOLOOONG …” Nenek itu berteriak meniru cara ayahnya
minta tolong.
“Nenek,
bicaramu pelan sedikit. Nanti mengganggu tetangga,” kata pencuri itu. “Aa,
maaf! Aku lupa sekarang sudah malam,” kata nenek. Lalu dia melanjutkan
ceritanya lagi. “Setelah berteriak, ayahku segera meloncat bangun. Dokter segera mengikatnya di ranjang.
Ayahku langsung berteriak ketakutan, TOLONG! TOLONG! CEPATLAH DATANG … TOLONG
SAYA!” kembali nenek tua meniru cara ayahnya berteriak.
Pencuri
itu kembali mengingatkan nenek supaya jangan berteriak. Namun nenek seolah-olah
tidak mendengar perkataan pencuri itu. Ia malah berteriak makin keras.
Teriakannya itu membuat para tetangga datang ke rumahnya. Pencuri itu pun
ditangkap dengan mudah.
Cucunya
lalu berkata sambil memeluk neneknya, “Nek, nenek sangat pintar. Sekarang saya
tahu bagaimana caranya menghadapi orang jahat.”
cerpen keluarga
Maafkan Aku Mama
“Hoamm”, pagi ini Stella sangat
malas sekali. Dengan terpaksa Stella pun harus segera mandi. Dia tidak mungkin
membolos sekolah hari ini. Dia harus menghadapi try out kota di sekolahnya.
Stella salah satu murid SMPN Jaya 1 ini adalah anak yang sangat nakal. Apalagi
dengan orang tuanya, dia terlihat seperti anak durhaka. Tetapi orang tua Stella
hanya bisa sabar menghadapinnya. Mereka yakin suatu saat nanti Stella bakal
berubah.
Setelah mandi dengan wajah lesu dia
turun ke bawah untuk sarapan pagi dengan keluarga. Seperti biasa dia hanya
duduk di meja makan tidak bertegur sapa dengan orang tuanya. Papa Pratama terkadang
memarahinya karena sifatnya itu. tetapi untuk kali ini Papa Pratama hanya bisa
diam. Stella langsung beranjak dari kursinya dan berangkat sekolah tanpa
berpamitan dengan orang tuanya.
“Pah semakin lama anak kita perlakuannya semakin parah. Mama sedih melihat
sifatnya yang seperti itu.”, keluh Mama Leni.
“Sudah, mama tidak usah memikirkan anak durhaka itu. sekarang pikirkan
kesehatan mama dulu. Papa tidak mau penyakit mama semakin parah.”, jawab Papa
Pratama.
Mama Leni memang terkena penyakit yang cukup parah. Tetapi Stella tidak tau
tentang hal itu. Papa Pratama sangat sedih melihat istrinya yang sakit-sakitan
itu. Dia mulai memikirkan bagaimana caranya agar sifat Stella itu berubah.
Di sekolah, seperti biasa, dia berkumpul dengan teman-temannya. Saat dia ke
kantin tiba-tiba “brakk !”, setumpukan buku jatuh di depannya. “Eh gimana sih
kalau jalan ! udah tau aku mau lewat !!”, bentak Stella. “Maaf aku tidak
sengaja. Aku sangat repot membawa buku sebanyak ini. maafin aku.”, jawab Viona.
“Udah sana minggir !!”, Stella sangat jengkel dengan Viona.
Setibanya di kantin dia melihat teman-temannya sudah berkumpul. Sebagian besar
teman-temannya adalah laki-laki. Yang perempuan hanya Sherly, Ririn dan Lika.
Sifat mereka juga sama dengan Stella. “eh, lihat tuh kumpulan para cupu.
Hahaha”, ejek Sherly kepada geng Viona. “udah Viona jangan di dengerin ya kita
duduk di situ aja yuk, anggap aja angin lewat.” Bujuk Shinta salah satu sahabat
Viona. “eh cupu kalau emang nggak berani bilang gak usah sok bijak deh.”, sahut
Ririn. “ah mending makan aja deh dari pada ngurusin geng cupu itu.”, gerutu
Stella.
Viona adalah salah satu murid yang terkenal kepandaiannya di sekolah. Dia
selalu bersama sahabat-sahabatnya yaitu Shinta,Dea dan Talista. Stella dan
teman-temannya selalu jengkel saat guru-guru memuji mereka. Stella tidak mau
terkalahkan oleh Viona dan teman-temannya. Kedua geng itu juga sangat terkenal
di SMPN Jaya 1. Satu sekolah hampir tau geng Stella dan geng Viona tidak pernah
akur. Tetapi murid-murid SMPN Jaya 1 tau bahwa geng Stella lah yang selalu
membuat masalah di sekolah. Para guru pun juga hampir putus asa mengahadapi
anak-anak nakal itu.
“Tett, tett, tett.” Bel masuk pun berbunyi. Anak-anak kelas 9 segera masuk ke
kelasnya masing-masing. Mereka harus melaksanakan try out se-Kota. Saat try out
sedang berlangsung, terlihat Stella selalu saja bertanya kepada teman yang ada
di depannya. “Stella !! kerjakan pekerjaanmu sendiri !!”, tegur Ibu Kristin
salah satu guru yang sangat jengkel dengan sifat Stella. “ibu ini gimana sih !!
kalau tidak mencontek bagaimana nilai kita bisa bagus !”, jawab Stella.
“sekarang kamu keluar dan bawa sini pekerjaanmu !! CEPAT !”, bentak bu Kristin
sambil mengusir Stella dari kelas. Dengan wajah kesal dan penuh amarah Stella
memberikan kertas jawabanya kepada Bu Kristin.
“ah gila tuh guru, gimana nilai anak-anak mau bagus kalau gak nyontek !”,
gerutu Stella. Terlihat Viona sedang duduk di depan kelasnnya. “eh cupu ngapain
kamu di situ ? kamu di usir dari kelas ya ?”, tanya Stella. “enggak kok Stella
aku sudah selesai. Aku Cuma menunggu teman-temanku.”, jawab Viona dengan
lembut. “oh yaudah aku mau pulang. Bete di sekolah !!”, jawab Stella sinis.
“Brakk !!”, suara pintu rumah yang telah dibanting oleh Stella. Papa Pratama
dan Mama Leni sangat terkejut. “apa-apaan sih kamu Stella. Pulang-pulang
langsung banting pintu !!.”, bentak Papa Pratama. “Papa kok udah pulang sih ?”,
tanya Stella. “Mama kamu sakit.”, jawab Papa Pratama. “oh, yaudah Stella mau ke
kamar.”. Dia langsung ke kamar tidak menghiraukan Papanya dan sama sekali
tidak menananyakan bagaimana keadaan mamanya.
Mama Leni keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar Stella. “Sayang kamu sudah
pulang nak ?”, tanya Mama Leni sambil memegang dadanya yang sakit. “sudah ma.
Mama ngapain ke kamar Stella. Bukannya dulu mama tidak pernah menanyakan kedaanku
? Mama selalu memikirkan diri Mama sendiri. Mama nggak pernah pikir perasaan
Stella sama Papa !!”, bentak Stella. “Maafkan Mama Stella. Tapi Papa kamu slalu
ada di hati Mama sayang.”, jawab Mama Leni sambil menangis. “Mama bohong !! di
hati Mama Cuma ada Papa Pratama !! Mama pergi aja dari kamar Stella !!.”, usir
Stella. Sambil menangis Mama Leni keluar dari kamar Stella. Dia tidak menyangka
anak satu-satunnya bersikap seperti itu kepadannya.
“kamu kenapa ? apa yang Stella lakukan terhadapmu ?”, tanya Papa Pratama panik.
“aku tidak papa kok. Stella masih belum trima posisi Papanya tergantikan. Dan
aku dulu juga selalu memikirkan pekerjaanku. Itulah yang membuat sifat Stella
berubah. Aku takut Stella membenci ku.”, jawab Mama Leni sambil menangis.
“sudah tidak usah kamu pikirkan sekarang kamu istirahat saja.” Papa Pratama
langsung mengajak Mama Leni ke kamar untuk beristirahat. Air mata Mama Leni
terus menetes. Dia merindukan Stella yang dulu. Stella yang lucu dan sangat
baik hati.
Keesokan harinya seperti biasa dia sama sekali tidak menghiraukan orang
tuannya. Dia masih terpukul saat Mamanya menikah dengan Papa Pratama. Stella
masih menyayangi Papa kandungnya yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu.
“uhukk .”, batuk Mama Leni. “astaga, hidung kamu berdarah. Ayo kita ke rumah
sakit. Stella ikut Papa ya ?”, ajak Papa Pratama. “enggak mau. Males.”, jawab
Stella dengan acuh.
Ketika Papa Pratama mengantarkan Mama Leni ke rumah sakit, Stella mengambil
foto Papanya. Dia memeluk erat-erat foto itu. dia sangat merindukan Papanya.
tiba-tiba air mata Stella menetes. Dia pun tertidur pulas di sofa ruang
keluarga. Dalam tidurnya dia bermimpi bertemu dengan Papanya. Stella berlari
menuju Papanya dan memeluknya dengan erat. “Stella, Papa merindukanmu. Papa
sayang sama kamu.”, kata Papa Stella. “Aku juga merindukan Papa. Aku sayang
sekali dengan Papa.”, jawab Stella dengan penuh kasih sayang. Tapi tiba-tiba
Mama Leni datang dan menghampiri mereka. “Stella, Mama harus pergi dengan
Papamu. Jaga dirimu baik-baik sayang.”, kata Mama Leni sambil melambaikan
tangan.
“Kring !!” telepon rumah berbunyi. Stella bangun dari tidurnya dan langsung
mengangkat telepon. “Hallo ? dengan siapa ini ?”, tanya Stella. “Stella ini
Papa, kamu segera ke rumah sakit. Mama kamu kritis.”, jawab Papa Pratama dengan
panik. “APA ?! iya aku segera kesana Pa.”
Sesampainya di rumah sakit Stella langsung memeluk Mamanya. “Stella maafkan
Mama selama ini ya. Mama sayang sama kamu . Mama juga masih menyayangi Papa kamu.
Jaga dirimu baik-baik sayang.”, kata Mama Leni. Mama Leni menghembuskan nafas
terakhirnya. Stella sangat menyesal selama ini dia tidak menyadari bahwa Mama
Leni sangat menyayanginya. Stella menangis sambil memeluk Mamanya. Saat di
pemakaman Mamanya, Stella melihat Papa dengan Mama Leni sambil tersenyum
kepadanya. Dalam hati Stella berkata, “maafkan
aku Ma. Papa, jaga Mama ya. Aku sayang kalian.”
cerpen persahabatan
TITIPAN
MANIS DARI SAHABAT
OLEH
: *CHACHA
Nurul, panggilan untuk seorang sahabat yang terpercaya buat
Caca. Nurul yang kocak dan tomboy itu, sangat berbeda dengan karakter Caca yang
feminim dan lugu. Mereka bertemu di salah satu asrama di sekolah mereka.
Saat dihari jadi Caca, Nurul pamit ke pasar malam untuk mengambil sesuatu yang sudah dipesan buat sahabatnya itu. Caca menyetujuinya, dia pun menunggu Nurul hingga tengah malam menjelang. Caca yang mulai khawatir terhadap Nurul menyusul kepasar malam, hingga dia melihat yang seharusnya dia tidak lihat . Apa yang dilihat Caca? Dan apa yang terjadi dengan Nurul?
Saat dihari jadi Caca, Nurul pamit ke pasar malam untuk mengambil sesuatu yang sudah dipesan buat sahabatnya itu. Caca menyetujuinya, dia pun menunggu Nurul hingga tengah malam menjelang. Caca yang mulai khawatir terhadap Nurul menyusul kepasar malam, hingga dia melihat yang seharusnya dia tidak lihat . Apa yang dilihat Caca? Dan apa yang terjadi dengan Nurul?
“Aku luluuuuuus…” Teriak beberapa orang anak saat melihat papan pengumuman,
termasuk juga Marsya Aqinah yang biasa disapa Caca.
“Ih…nggak nyangka aku lulus juga, SMA lanjut dimana yah?” Ujarnya kegirangan langsung memikirkan SMA mana yang pantas buat dia.
“Hai Ca, kamu lanjut dimana ntar?” Tanya seorang temannya
“Dimana ajalah yang penting bisa sekolah, hehehe” Jawab Caca asal-asalan
“Oooo…ya udah, aku pulang dulu yah”
“Yah, aku juga dah mau pulang”
Sesampainya dirumah Caca…
Caca memberi salam masuk rumahnya dan langsung menuju kamar mungilnya. Dalam perjalanan menuju kamarnya, dia melihat Ayah dan Ibunya berbicara dengan seorang Udstazt ntah tentang apa. Caca yang cuek berjalan terus kekamarnya. Tak lama kemudian Ibu Caca pun memanggil….
“Caca…Ayah ma Ibu mau bicara, cepat ganti baju nak”
“Iya bu, bentar lagi” Jawab Caca dari dalam kamarnya.
Akhirnya Caca pun keluar…
“Napa bu?” Tanya sambil duduk disamping Ibunya
“Kamu lulus?” Tanya Ibunya kembali
“Iya dong bu, nama Caca urutan kedua malah. Pasti Caca bebas tes kalo masuk di sekolah ternama deh” Jawab Caca percaya diri
“Alhamdulillah, ehm…” Ucapan Ibu terhenti sejenak
“Kenapa bu? Bukankah itu bagus?” Tanya Caca lagi sambil melihat Ibunya
“Gini nak, kamu dak mau masuk asrama?” Tanya Ibu Caca sangat hati-hati
“Loh ko’ ada asrama-asramaan sih bu?” Ujar Caca yang tanggapannya tentang asrama kurang bagus
“Di asrama itu bagus Ca, bisa mandiri dan yang lebih bagus lagi bisa tinggal bareng teman-teman, tadi udstdz tadi ngomong kalo pendidikan agamanya disekolah asrama juga bagus” Kata Ayah Caca menjelaskan dan berusaha mengambil hati anaknya itu
“Yaaaah ayah, terserah deh” Ucap Caca pasrah tidak ada niat untuk melawan ayahnya tersayang
2 bulan telah berlalu, setelah mengurus semuanya untuk memasuki asrama…
Caca pun memasuki sekolah asrama yang telah diurus oleh Ayahnya, Caca berjalan di serambi-serambi asrama bareng Ayah dan Ibunya menuju asrama yang telah ditunjukkan untuknya. Akhirnya sampai juga….
“Ayah, ini asrama Caca?” Tanya Caca dengan raut wajah yang tidak setuju
“Iya, kenapa?” Jawab Ayah Caca dan kembali bertanya
“Tidak kenapa-napa ko’, namanya juga belajar mandiri” Ucap Caca tidak menginginkan kata-katanya menyinggung Ayahnya.
“Jadi ayah tinggal nih?”Ujar Ayah Caca
“Iya ayah, Caca kan mau mandiri masa’ Caca nyuruh ayah nginap juga sih?” Kata Caca sedikit bercanda
“Ya Udah, Ayah tinggal dulu”
“Baik-baik ya anak Ibu, jangan nakal” Ujar Ibu berpesan
Akhirnya beliau pergi juga setelah cipika cipiki, sekarang tinggal Caca yang merasa asing terhadap penghuni kamar 2 itu. Ada 4 orang termasuk Caca, yang 2 orang lainnya pun merasa seperti yang dirasakan Caca, kecuali cewe’ ditempat tidur itu kaya’nya dia senior deh.
“Hai..Siswi baru juga yah?” Tanya Caca ke seorang yang agak tomboy tapi berambut panjang lurus
“Hai juga..Iyah aku baru disini, namaku Nurul Utami, bisa dipanggil Nurul dan itu kaka’ aku Salsabila udah setahun disini” Jawab orang itu menjelaskan tanpa diminta dan mengaku dirinya bernama Nurul, sambil menunjuk kearah seorang yang tidur-tiduran tadi.
“Aku Marsya Aqinah, bisa dipanggil Caca. Ooo pantas reaksinya biasa-biasa aja ama nih kamar, trus yang ntu sapa?” Tanya Caca lagi sambil menunjuk ke orang yang lagi asik membereskan baju-bajunya kelemari mungilnya
“Ntah lah, orang baru juga tuh” Jawab Nurul berjalan mendekati orang yang dimaksud Caca
“Hai aku Nurul, itu temanku Tata dan itu kaka’ku Salsa, kamu siapa?” Tanya Nurul dengan cerewetnya plus asal-asalan.
“Woi…aku Caca, bukan Tata” Teriakku protes sambil manyun-manyun
“Iya..iya.., itu Caca. Kamu belum jawab nama kamu sapa?” Tanya Nurul lagi
“Aku Miftahul Jannah, bisa dipanggil Mita” Jawab Mita dengan senyuman yang muanis sangat. Nurul pun membalas senyum itu dengan senyuman yang hangat pula dan sikap yang sangat bersahabat.
Sekarang Caca tau kenapa dia akan betah di kamar asrama ini, yah karena ada Nurul yang gokil banget. Suatu ketika Caca lagi nggak semangat, pasti ada Nurul dengan sikap konyolnya membuat Caca tertawa. Dan disaat Caca lagi mengalami kasmaran ada Nurul sebagai teman curhatnya.
Yah besok hari jadi Caca yang ke-17 biasa juga disebut sweet seventeen, dimana Caca memasuki awal umur yang dewasa, jadi harus sesempurna mungkin. Sementara itu Caca yang selagi membereskan buku-buku Nurul dengan susunan yang rapi, sinar matanya malah terpaut pada satu buku lucu, imut dan wow…! warna pink, kesukaan Caca banget. Caca tidak menyangka kalau Nurul peranakan tomboy itu pelihara buku yang imut banget. Caca mengambil buku itu dan membaca sampulnya “My DiarY”. Caca senyum-senyum, pikirnya bahwa bisa juga cewe’ setomboy Nurul punya diary.
“Rul, diary kamu nih?” tanya Caca
Nurulpun balik “Iya…diary aku banget”
“Buat aku ya Rul” Pinta Caca dengan sejuta raut wajah imutnya
“Kamu mau?” Tanya Nurul
“Ya iyalah, ga’ mungkin dong aku minta kalo aku kaga’ mau” Jawab Caca berpanjang lebar
“Ntar aku selesaiin isinya baru aku kasi ke kamu” Ujar Nurul
“Ayolah Rul” Rengek Caca yang super manja
“Aku janji Ca, buku tuh pasti kamu miliki. Sini bukunya” Pinta Nurul usai berjanji
“Nurul pelit” Kata Caca ngambek
“Aku kan dah janji Ca”
“Janji yah?” Ujar Caca meyakinkan sambil mengacungkan kelingkingnya
“Janji..! Lanjut yuk” Kata Nurul Sambil mengapit jari Caca dengan jari kelingkingnya
“Iyah…Eh, Rul besok ada PR. Kamu dah jadi belom?” Tanya Caca kemudian
“Belom, aku nyontek punyamu boleh?”
“Ya boleh lah”
“Aku juga titip besok dikumpulin, boleh?”
“Boleh…eh mangnya kamu mau kemana Rul?” Tanya Caca lagi
“Anak kecil ga boleh tau” Jawab Nurul
“Uh…k’ Salsa, Nurul besok mau kemana?” Tanya Caca ke Salsa yang sedang tidur-tiduran
“Ga tau juga” Jawab Salsa angkat bahu
“Berarti k’ Salsa anak kecil juga donk, hi..hi..hi..” Bisik Caca sambil cekikikan
“Udah, kalian tidur. Ntar penjaga asrama kontrol, tau ga tidur dimarahi loh” Ujar Salsa
“Eh…Mita dimana k’?” Tanya Nurul ke Salsa
“Tadi pamit ke asrama sebelah nginap” Keburu Caca jawab
“Sapa juga yang nanya kamu?”Tanya Nurul
“O…bukan aku yah? Abis panggil kaka’ sih, kira aku. He..he..he” Kata Caca
“Anak kecil bisanya ngerasa doank” Ujar Nurul mencibir
“Biarin…weak…aku bobo duluan yah?”Kata Caca sambil menguap dan bersiap-siap ditempat tidurnya
“Akhirnya tenang juga” Ucap Nurul seakan-akan kekacauan sudah berakhir. Diapun bergegas ke tempat tidurnya dan membuka buku diarynya, dia menulis sesuatu dibukunya itu. Malam semakin larut, Nurul melihat jam wekernya yang menunjukkan pukul 01.30, lama kemudian akhirnya tertidur juga sesudah dia merapikan buku diarynya dan menyimpan di bawah bantalnya.
Keesokan harinya…….
Hari itu tampak cerah, Caca pergi kesekolah tanpa ditemani Nurul tidak seperti kemarin-kemarin. Nurul mesti pergi kesuatu tempat yang penting dan Caca tak boleh tau rencananya itu. Caca disekolah yang sebangku dengan Nurul mesti memeras otak sendiri tanpa ada teman yang diajak diskusi. Sampai bel pulang sekolah pun berbunyi, belum ada kabar dari Nurul. Salsa yang ditanya hanya angkat bahu.
“Duh dah sore gini ko’ Nurul belum hubungi aku sih?” Gumam Caca sambil mencet-mencet hape dan ketika nomor Nurul yang didapat, Caca pun berniat menelpon
“Nomor yang anda tuju…..” Jawaban telpon di seberang langsung ditutup oleh Caca sambil berceloteh “Operator, dimana tuh orang? Nomer dak diaktifin lagi”
Caca pun masih sabar menunggu hingga malam pun larut. “Aku harus nyusul Nurul nih” Ujarnya sambil narik swetearnya dari jemuran dan pamit ke Salsa. Caca naik angkot ke pasar malam, dalam perjalanan pun dia rasa melihat 2 seorang yang sangat dia kenal di sebuah cafe. Caca langsung turun dengan muka yang merah padam menahan marah, setelah membayar angkot. Caca langsung menuju tempat duduk 2 orang tadi.
“Nurul!!! Ical!!! ini yah kejutan dari kalian berdua untuk aku? Oke aku terkejut, sangat terkejut!!! Ical kita putus, dan kamu Rul. Percuma aku khawatirkan orang yang rebut pacar sahabatnya sendiri” Gertak Caca blak-blakan tanpa memberi kesempatan Nurul dan Ical bicara, Caca langsung pergi dari café itu dan naik angkot pulang keasramanya.
Caca tak mau tau lagi apa yang akan terjadi setelah ini, Caca tiba diasrama dan langsung mehempaskan diri ketempat tidurnya sambil menangis sekuat dia, Salsapun berniat mendekat tapi bersamaan dengan itu, hape Salsapun berbunyi.
“Halo?” Ujar Salsa yang tampak berbicara serius dengan penelpon diseberang
“Iyah saya segera kesana” Kata Salsa mengakhiri pembicaraannya dengan penelpon tadi dan bergegas memberitahukan Caca
“Ca, Nurul lagi……” Kata-kata Salsa terputus saat Caca memberi tanda untuk menyuruh Salsa pergi. Tanpa pikir panjang Salsa pun pergi dengan mata sembab, Caca tak tau apa alasannya yang jelasnya saat itu Caca merasakan sangat sakit didadanya. Salsa yang bergegas naik angkot itu sengaja mengirim pesan singkat ke hape Caca
Triiit…triiit… Caca mengambil hapenya dan membaca isi pesan itu
“Ca, Nurul masuk UGD, kalo kamu mau datang, langsung saja di RS Urip Sidoarjo ruang UGD”
Caca mulai khawatir, biar bagaimana pun Nurul masih sahabatnya, dia langsung melupakan sakit yang tengah melanda dadanya itu dan bergegas menyusul ke rumah sakit yang disebutkan Salsa.
Sepanjang perjalanan Caca berusaha menahan air matanya yang dari tadi mengalir sambil bergumam, “Nuruuul, kenapa sih kamu tega hianati aku?, kita memang sering becanda tapi ini lain, Rul. Aku sakit saat aku tau kamu hianati persahabatan kita. Sekarang ada kejutan apa lagi? Tadi aku liat kamu baik-baik aja bareng Ical, tapi kamu ko bisa masuk UGD sih? aku harap ini bukan permainan kamu semata hanya untuk minta maaf padaku. Ini tidak lucu lagi”
Sesampainya dirumah sakit……
Caca langsung berlari menuju ruang UGD, Caca mendengar tangisan histeris yang keluar dari mulut Salsa.
“Ada apa ini?” Gumam Caca yang membendung air mata, dia memasuki ruangan itu. Pertama dia melihat Ical dengan sebuah bungkusan imut ditangannya, “Pasti dari Nurul” pikir Caca. Sakit hatinya kembali muncul, lama dia pandang Ical hingga Ical berusaha mendekatinya tapi dengan tatapan sinis memendam rasa benci, Caca meninggalkan Ical yang matanya telah sembab. Cacapun berpikir bahwa sandiwara apa lagi yang Ical perlihatkan ke dia. Caca menarik nafas dalam-dalam dan kembali berjalan menuju tempat tidur yang terhalang tirai serba putih, Cacapun mengibaskan tirai itu, dia lihat disitu ada Salsa dan……
“Nuruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuul……” Teriak Caca histeris, serasa remuk tulang-tulang Caca saat melihat ditempat tidur diruangan UGD itu, terbaring seorang gadis tomboy, muka mulus tak tampak lagi, malah yang nampak hanyalah luka-luka dan muka yang hampir tak bisa dikenali, bersimbah darah tak bernyawa, rambut hitam lurus terurai begitu saja seakan membiarkan tuannya melumurinya dengan cairan merah yang mengalir dari kepala tuannya, jilbab yang tadi di kenakannya pun tak nampak warna dasarnya karena percikan darah. Caca memeluk sahabat yang paling disayanginya itu, ada rasa sesal dalam hatinya. Kenapa tidak membiarkan sahabatnya itu menjelaskan apa yang terjadi sebelum dia kelewat emosi?.
Sesaat itu ada yang menggenggaman hangat lengannya, Caca tak menghiraukan, yang Caca pikirkan adalah rasa sesal dalam benaknya. Pemilik genggaman itupun menarik dan memeluknya, kemudian memberikan bingkisan imut yang ada ditangannya.
“Nih bingkisan buat kamu, kejutan ini yang dari tadi pagi dicari Nurul dan baru dapat diluar kota, aku mengantar Nurul karena aku juga ingin memberikan kejutan kecil-kecilan buat kamu, tapi kamu datang saat aku dan dia merencanakan acara kejutan buat kamu” Jelas Ical sambil memeluk Caca yang semakin berlinang air matanya saat mengetahui apa isi dari bingkisan itu, buku diary imut, warna pink sesuai yang dijanjikan Nurul
“Katanya kamu sangat menginginkan buku yang seperti miliknya, nah ini tandanya dia sangat sayang sahabatnya dan ga mau mengecewakan sahabatnya itu. Tapi tadi waktu kamu salah tanggap tentang di café itu, dia merasa bersalah banget, soalnya dia ga pamit dulu ke kamu sebelum minta bantuan ke aku. Dia panik karna takutnya kamu akan menganggap dia penghianat, akhirnya diapun mengejarmu tanpa peduliin ramainya kendaraan dan bus itu…………” penjelasan Ical terputus, dia tidak sanggup lagi meneruskan cerita tragis yang menimpa sahabat mereka itu. Caca pun masih membiarkan air matanya tetap mengalir di pipinya semakin deras.
“Rul, napa mesti kamu jadi korban egonya aku?, sapa lagi dong yang dengerin curhat aku?, sapa lagi yang bisa aku ejek? perang bantal kita juga mesti dilanjut Rul, belum ada yang juara neh, he..he.., eh aku juga mau ngasih contekan kekamu ko’, Rul bangun dong…jangan becanda, ini ga lucu lagi. Sumpah ini ga lucu, Rul bangun, kamu napa sih? sukanya buat aku panik. Rul bangun dong” Ujar Caca setelah melepaskan pelukan Ical, senyum dan berbicara sendiri setelah itu kembali Caca memeluk jasad sahabatnya itu dan menangis sejadi-jadinya. Salsa mendekatinya dan memberikan sebuah buku diary milik Nurul
“Kata Nurul, kalo dia tidak dapet buku yang mirip punya dia, buku diarynya ini buat kamu” Ujar Salsa
Cacapun membuka buku kecil itu, tak sempat membaca halaman pertama, dia membuka beberapa lembaran berikutnya, hingga Caca pun membaca tulisan Nurul paling akhir.
“Ih…nggak nyangka aku lulus juga, SMA lanjut dimana yah?” Ujarnya kegirangan langsung memikirkan SMA mana yang pantas buat dia.
“Hai Ca, kamu lanjut dimana ntar?” Tanya seorang temannya
“Dimana ajalah yang penting bisa sekolah, hehehe” Jawab Caca asal-asalan
“Oooo…ya udah, aku pulang dulu yah”
“Yah, aku juga dah mau pulang”
Sesampainya dirumah Caca…
Caca memberi salam masuk rumahnya dan langsung menuju kamar mungilnya. Dalam perjalanan menuju kamarnya, dia melihat Ayah dan Ibunya berbicara dengan seorang Udstazt ntah tentang apa. Caca yang cuek berjalan terus kekamarnya. Tak lama kemudian Ibu Caca pun memanggil….
“Caca…Ayah ma Ibu mau bicara, cepat ganti baju nak”
“Iya bu, bentar lagi” Jawab Caca dari dalam kamarnya.
Akhirnya Caca pun keluar…
“Napa bu?” Tanya sambil duduk disamping Ibunya
“Kamu lulus?” Tanya Ibunya kembali
“Iya dong bu, nama Caca urutan kedua malah. Pasti Caca bebas tes kalo masuk di sekolah ternama deh” Jawab Caca percaya diri
“Alhamdulillah, ehm…” Ucapan Ibu terhenti sejenak
“Kenapa bu? Bukankah itu bagus?” Tanya Caca lagi sambil melihat Ibunya
“Gini nak, kamu dak mau masuk asrama?” Tanya Ibu Caca sangat hati-hati
“Loh ko’ ada asrama-asramaan sih bu?” Ujar Caca yang tanggapannya tentang asrama kurang bagus
“Di asrama itu bagus Ca, bisa mandiri dan yang lebih bagus lagi bisa tinggal bareng teman-teman, tadi udstdz tadi ngomong kalo pendidikan agamanya disekolah asrama juga bagus” Kata Ayah Caca menjelaskan dan berusaha mengambil hati anaknya itu
“Yaaaah ayah, terserah deh” Ucap Caca pasrah tidak ada niat untuk melawan ayahnya tersayang
2 bulan telah berlalu, setelah mengurus semuanya untuk memasuki asrama…
Caca pun memasuki sekolah asrama yang telah diurus oleh Ayahnya, Caca berjalan di serambi-serambi asrama bareng Ayah dan Ibunya menuju asrama yang telah ditunjukkan untuknya. Akhirnya sampai juga….
“Ayah, ini asrama Caca?” Tanya Caca dengan raut wajah yang tidak setuju
“Iya, kenapa?” Jawab Ayah Caca dan kembali bertanya
“Tidak kenapa-napa ko’, namanya juga belajar mandiri” Ucap Caca tidak menginginkan kata-katanya menyinggung Ayahnya.
“Jadi ayah tinggal nih?”Ujar Ayah Caca
“Iya ayah, Caca kan mau mandiri masa’ Caca nyuruh ayah nginap juga sih?” Kata Caca sedikit bercanda
“Ya Udah, Ayah tinggal dulu”
“Baik-baik ya anak Ibu, jangan nakal” Ujar Ibu berpesan
Akhirnya beliau pergi juga setelah cipika cipiki, sekarang tinggal Caca yang merasa asing terhadap penghuni kamar 2 itu. Ada 4 orang termasuk Caca, yang 2 orang lainnya pun merasa seperti yang dirasakan Caca, kecuali cewe’ ditempat tidur itu kaya’nya dia senior deh.
“Hai..Siswi baru juga yah?” Tanya Caca ke seorang yang agak tomboy tapi berambut panjang lurus
“Hai juga..Iyah aku baru disini, namaku Nurul Utami, bisa dipanggil Nurul dan itu kaka’ aku Salsabila udah setahun disini” Jawab orang itu menjelaskan tanpa diminta dan mengaku dirinya bernama Nurul, sambil menunjuk kearah seorang yang tidur-tiduran tadi.
“Aku Marsya Aqinah, bisa dipanggil Caca. Ooo pantas reaksinya biasa-biasa aja ama nih kamar, trus yang ntu sapa?” Tanya Caca lagi sambil menunjuk ke orang yang lagi asik membereskan baju-bajunya kelemari mungilnya
“Ntah lah, orang baru juga tuh” Jawab Nurul berjalan mendekati orang yang dimaksud Caca
“Hai aku Nurul, itu temanku Tata dan itu kaka’ku Salsa, kamu siapa?” Tanya Nurul dengan cerewetnya plus asal-asalan.
“Woi…aku Caca, bukan Tata” Teriakku protes sambil manyun-manyun
“Iya..iya.., itu Caca. Kamu belum jawab nama kamu sapa?” Tanya Nurul lagi
“Aku Miftahul Jannah, bisa dipanggil Mita” Jawab Mita dengan senyuman yang muanis sangat. Nurul pun membalas senyum itu dengan senyuman yang hangat pula dan sikap yang sangat bersahabat.
Sekarang Caca tau kenapa dia akan betah di kamar asrama ini, yah karena ada Nurul yang gokil banget. Suatu ketika Caca lagi nggak semangat, pasti ada Nurul dengan sikap konyolnya membuat Caca tertawa. Dan disaat Caca lagi mengalami kasmaran ada Nurul sebagai teman curhatnya.
Yah besok hari jadi Caca yang ke-17 biasa juga disebut sweet seventeen, dimana Caca memasuki awal umur yang dewasa, jadi harus sesempurna mungkin. Sementara itu Caca yang selagi membereskan buku-buku Nurul dengan susunan yang rapi, sinar matanya malah terpaut pada satu buku lucu, imut dan wow…! warna pink, kesukaan Caca banget. Caca tidak menyangka kalau Nurul peranakan tomboy itu pelihara buku yang imut banget. Caca mengambil buku itu dan membaca sampulnya “My DiarY”. Caca senyum-senyum, pikirnya bahwa bisa juga cewe’ setomboy Nurul punya diary.
“Rul, diary kamu nih?” tanya Caca
Nurulpun balik “Iya…diary aku banget”
“Buat aku ya Rul” Pinta Caca dengan sejuta raut wajah imutnya
“Kamu mau?” Tanya Nurul
“Ya iyalah, ga’ mungkin dong aku minta kalo aku kaga’ mau” Jawab Caca berpanjang lebar
“Ntar aku selesaiin isinya baru aku kasi ke kamu” Ujar Nurul
“Ayolah Rul” Rengek Caca yang super manja
“Aku janji Ca, buku tuh pasti kamu miliki. Sini bukunya” Pinta Nurul usai berjanji
“Nurul pelit” Kata Caca ngambek
“Aku kan dah janji Ca”
“Janji yah?” Ujar Caca meyakinkan sambil mengacungkan kelingkingnya
“Janji..! Lanjut yuk” Kata Nurul Sambil mengapit jari Caca dengan jari kelingkingnya
“Iyah…Eh, Rul besok ada PR. Kamu dah jadi belom?” Tanya Caca kemudian
“Belom, aku nyontek punyamu boleh?”
“Ya boleh lah”
“Aku juga titip besok dikumpulin, boleh?”
“Boleh…eh mangnya kamu mau kemana Rul?” Tanya Caca lagi
“Anak kecil ga boleh tau” Jawab Nurul
“Uh…k’ Salsa, Nurul besok mau kemana?” Tanya Caca ke Salsa yang sedang tidur-tiduran
“Ga tau juga” Jawab Salsa angkat bahu
“Berarti k’ Salsa anak kecil juga donk, hi..hi..hi..” Bisik Caca sambil cekikikan
“Udah, kalian tidur. Ntar penjaga asrama kontrol, tau ga tidur dimarahi loh” Ujar Salsa
“Eh…Mita dimana k’?” Tanya Nurul ke Salsa
“Tadi pamit ke asrama sebelah nginap” Keburu Caca jawab
“Sapa juga yang nanya kamu?”Tanya Nurul
“O…bukan aku yah? Abis panggil kaka’ sih, kira aku. He..he..he” Kata Caca
“Anak kecil bisanya ngerasa doank” Ujar Nurul mencibir
“Biarin…weak…aku bobo duluan yah?”Kata Caca sambil menguap dan bersiap-siap ditempat tidurnya
“Akhirnya tenang juga” Ucap Nurul seakan-akan kekacauan sudah berakhir. Diapun bergegas ke tempat tidurnya dan membuka buku diarynya, dia menulis sesuatu dibukunya itu. Malam semakin larut, Nurul melihat jam wekernya yang menunjukkan pukul 01.30, lama kemudian akhirnya tertidur juga sesudah dia merapikan buku diarynya dan menyimpan di bawah bantalnya.
Keesokan harinya…….
Hari itu tampak cerah, Caca pergi kesekolah tanpa ditemani Nurul tidak seperti kemarin-kemarin. Nurul mesti pergi kesuatu tempat yang penting dan Caca tak boleh tau rencananya itu. Caca disekolah yang sebangku dengan Nurul mesti memeras otak sendiri tanpa ada teman yang diajak diskusi. Sampai bel pulang sekolah pun berbunyi, belum ada kabar dari Nurul. Salsa yang ditanya hanya angkat bahu.
“Duh dah sore gini ko’ Nurul belum hubungi aku sih?” Gumam Caca sambil mencet-mencet hape dan ketika nomor Nurul yang didapat, Caca pun berniat menelpon
“Nomor yang anda tuju…..” Jawaban telpon di seberang langsung ditutup oleh Caca sambil berceloteh “Operator, dimana tuh orang? Nomer dak diaktifin lagi”
Caca pun masih sabar menunggu hingga malam pun larut. “Aku harus nyusul Nurul nih” Ujarnya sambil narik swetearnya dari jemuran dan pamit ke Salsa. Caca naik angkot ke pasar malam, dalam perjalanan pun dia rasa melihat 2 seorang yang sangat dia kenal di sebuah cafe. Caca langsung turun dengan muka yang merah padam menahan marah, setelah membayar angkot. Caca langsung menuju tempat duduk 2 orang tadi.
“Nurul!!! Ical!!! ini yah kejutan dari kalian berdua untuk aku? Oke aku terkejut, sangat terkejut!!! Ical kita putus, dan kamu Rul. Percuma aku khawatirkan orang yang rebut pacar sahabatnya sendiri” Gertak Caca blak-blakan tanpa memberi kesempatan Nurul dan Ical bicara, Caca langsung pergi dari café itu dan naik angkot pulang keasramanya.
Caca tak mau tau lagi apa yang akan terjadi setelah ini, Caca tiba diasrama dan langsung mehempaskan diri ketempat tidurnya sambil menangis sekuat dia, Salsapun berniat mendekat tapi bersamaan dengan itu, hape Salsapun berbunyi.
“Halo?” Ujar Salsa yang tampak berbicara serius dengan penelpon diseberang
“Iyah saya segera kesana” Kata Salsa mengakhiri pembicaraannya dengan penelpon tadi dan bergegas memberitahukan Caca
“Ca, Nurul lagi……” Kata-kata Salsa terputus saat Caca memberi tanda untuk menyuruh Salsa pergi. Tanpa pikir panjang Salsa pun pergi dengan mata sembab, Caca tak tau apa alasannya yang jelasnya saat itu Caca merasakan sangat sakit didadanya. Salsa yang bergegas naik angkot itu sengaja mengirim pesan singkat ke hape Caca
Triiit…triiit… Caca mengambil hapenya dan membaca isi pesan itu
“Ca, Nurul masuk UGD, kalo kamu mau datang, langsung saja di RS Urip Sidoarjo ruang UGD”
Caca mulai khawatir, biar bagaimana pun Nurul masih sahabatnya, dia langsung melupakan sakit yang tengah melanda dadanya itu dan bergegas menyusul ke rumah sakit yang disebutkan Salsa.
Sepanjang perjalanan Caca berusaha menahan air matanya yang dari tadi mengalir sambil bergumam, “Nuruuul, kenapa sih kamu tega hianati aku?, kita memang sering becanda tapi ini lain, Rul. Aku sakit saat aku tau kamu hianati persahabatan kita. Sekarang ada kejutan apa lagi? Tadi aku liat kamu baik-baik aja bareng Ical, tapi kamu ko bisa masuk UGD sih? aku harap ini bukan permainan kamu semata hanya untuk minta maaf padaku. Ini tidak lucu lagi”
Sesampainya dirumah sakit……
Caca langsung berlari menuju ruang UGD, Caca mendengar tangisan histeris yang keluar dari mulut Salsa.
“Ada apa ini?” Gumam Caca yang membendung air mata, dia memasuki ruangan itu. Pertama dia melihat Ical dengan sebuah bungkusan imut ditangannya, “Pasti dari Nurul” pikir Caca. Sakit hatinya kembali muncul, lama dia pandang Ical hingga Ical berusaha mendekatinya tapi dengan tatapan sinis memendam rasa benci, Caca meninggalkan Ical yang matanya telah sembab. Cacapun berpikir bahwa sandiwara apa lagi yang Ical perlihatkan ke dia. Caca menarik nafas dalam-dalam dan kembali berjalan menuju tempat tidur yang terhalang tirai serba putih, Cacapun mengibaskan tirai itu, dia lihat disitu ada Salsa dan……
“Nuruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuul……” Teriak Caca histeris, serasa remuk tulang-tulang Caca saat melihat ditempat tidur diruangan UGD itu, terbaring seorang gadis tomboy, muka mulus tak tampak lagi, malah yang nampak hanyalah luka-luka dan muka yang hampir tak bisa dikenali, bersimbah darah tak bernyawa, rambut hitam lurus terurai begitu saja seakan membiarkan tuannya melumurinya dengan cairan merah yang mengalir dari kepala tuannya, jilbab yang tadi di kenakannya pun tak nampak warna dasarnya karena percikan darah. Caca memeluk sahabat yang paling disayanginya itu, ada rasa sesal dalam hatinya. Kenapa tidak membiarkan sahabatnya itu menjelaskan apa yang terjadi sebelum dia kelewat emosi?.
Sesaat itu ada yang menggenggaman hangat lengannya, Caca tak menghiraukan, yang Caca pikirkan adalah rasa sesal dalam benaknya. Pemilik genggaman itupun menarik dan memeluknya, kemudian memberikan bingkisan imut yang ada ditangannya.
“Nih bingkisan buat kamu, kejutan ini yang dari tadi pagi dicari Nurul dan baru dapat diluar kota, aku mengantar Nurul karena aku juga ingin memberikan kejutan kecil-kecilan buat kamu, tapi kamu datang saat aku dan dia merencanakan acara kejutan buat kamu” Jelas Ical sambil memeluk Caca yang semakin berlinang air matanya saat mengetahui apa isi dari bingkisan itu, buku diary imut, warna pink sesuai yang dijanjikan Nurul
“Katanya kamu sangat menginginkan buku yang seperti miliknya, nah ini tandanya dia sangat sayang sahabatnya dan ga mau mengecewakan sahabatnya itu. Tapi tadi waktu kamu salah tanggap tentang di café itu, dia merasa bersalah banget, soalnya dia ga pamit dulu ke kamu sebelum minta bantuan ke aku. Dia panik karna takutnya kamu akan menganggap dia penghianat, akhirnya diapun mengejarmu tanpa peduliin ramainya kendaraan dan bus itu…………” penjelasan Ical terputus, dia tidak sanggup lagi meneruskan cerita tragis yang menimpa sahabat mereka itu. Caca pun masih membiarkan air matanya tetap mengalir di pipinya semakin deras.
“Rul, napa mesti kamu jadi korban egonya aku?, sapa lagi dong yang dengerin curhat aku?, sapa lagi yang bisa aku ejek? perang bantal kita juga mesti dilanjut Rul, belum ada yang juara neh, he..he.., eh aku juga mau ngasih contekan kekamu ko’, Rul bangun dong…jangan becanda, ini ga lucu lagi. Sumpah ini ga lucu, Rul bangun, kamu napa sih? sukanya buat aku panik. Rul bangun dong” Ujar Caca setelah melepaskan pelukan Ical, senyum dan berbicara sendiri setelah itu kembali Caca memeluk jasad sahabatnya itu dan menangis sejadi-jadinya. Salsa mendekatinya dan memberikan sebuah buku diary milik Nurul
“Kata Nurul, kalo dia tidak dapet buku yang mirip punya dia, buku diarynya ini buat kamu” Ujar Salsa
Cacapun membuka buku kecil itu, tak sempat membaca halaman pertama, dia membuka beberapa lembaran berikutnya, hingga Caca pun membaca tulisan Nurul paling akhir.
13
Mei 2003, 01.00 pagi
Dear Diary…..
Aku dah dapet sahabat, kasih sayang sahabat. Tapi aku tak
dapat memberikan apapun untuk sahabatku itu, ini hari jadi dia, dan dia
menginginkan kamu diary, mungkin saja suatu saat aku berikan kamu ke dia, tapi
itu suatu saat, hanya saja aku harus cari yang mirip denganmu untuk sahabatku.
Aku minta tolong ke Ical mungkin juga dak apa-apa yah diary, diakan pacar
sahabat aku berarti dia juga sahabat aku dong. Hahaha….hanya sebuah buku tapi
kalo dia masih menginginkan kamu diary, mau tak mau aku harus ngasih kamu
kedia. Nyawa akupun boleh yang penting sahabat aku senang, hahaha,
Lebaaaaaaaay. Ya udah dulu diary aku ngantuk neh…
Ga’ kelupaan “MET ULTAH CACA, MY FRIENDSHIP”
Ga’ kelupaan “MET ULTAH CACA, MY FRIENDSHIP”
Nurul
Caca menutup diary Nurul, semakin berlinang air mata Caca. Yah apapun yang Nurul akan beri untuk Caca, bahkan nyawanya seperti sekarang yang Caca alami. Nurul takut kalo Caca menganggap dirinya berkhianat karena sudah lancang mengajak Ical untuk mengantarnya, hingga dia tak pedulikan lagi ramainya kendaraan dijalan yang membuat dirinya menghadap sang Ilahi.
Esok harinya, jasad Nurulpun dimakamkan dikampung halamannya. Setelah dikebumikan, Caca mengusap kembali nisan sahabatnya sambil berlinang air mata. Tertulis dinisan itu “Nurul Utami binti Muh. Awal, Lahir 14 Mei 1989, Wafat 13 Mei 2003”, sehari sebelum hari jadinya.
“Nurul, sahabat macam apa aku, hari jadi kamu pun aku tak tau, Rul selamat ulang tahun yah, hanya setangkai bunga dan kiriman doa yang dapat aku beri ke kamu, istirahat dengan tenang yah sahabatku” Ujar Caca sambil berdoa dan kemudian meninggalkan gundukan tanah yang masih merah itu.
Langganan:
Postingan (Atom)