Maafkan Aku Mama
“Hoamm”, pagi ini Stella sangat
malas sekali. Dengan terpaksa Stella pun harus segera mandi. Dia tidak mungkin
membolos sekolah hari ini. Dia harus menghadapi try out kota di sekolahnya.
Stella salah satu murid SMPN Jaya 1 ini adalah anak yang sangat nakal. Apalagi
dengan orang tuanya, dia terlihat seperti anak durhaka. Tetapi orang tua Stella
hanya bisa sabar menghadapinnya. Mereka yakin suatu saat nanti Stella bakal
berubah.
Setelah mandi dengan wajah lesu dia
turun ke bawah untuk sarapan pagi dengan keluarga. Seperti biasa dia hanya
duduk di meja makan tidak bertegur sapa dengan orang tuanya. Papa Pratama terkadang
memarahinya karena sifatnya itu. tetapi untuk kali ini Papa Pratama hanya bisa
diam. Stella langsung beranjak dari kursinya dan berangkat sekolah tanpa
berpamitan dengan orang tuanya.
“Pah semakin lama anak kita perlakuannya semakin parah. Mama sedih melihat
sifatnya yang seperti itu.”, keluh Mama Leni.
“Sudah, mama tidak usah memikirkan anak durhaka itu. sekarang pikirkan
kesehatan mama dulu. Papa tidak mau penyakit mama semakin parah.”, jawab Papa
Pratama.
Mama Leni memang terkena penyakit yang cukup parah. Tetapi Stella tidak tau
tentang hal itu. Papa Pratama sangat sedih melihat istrinya yang sakit-sakitan
itu. Dia mulai memikirkan bagaimana caranya agar sifat Stella itu berubah.
Di sekolah, seperti biasa, dia berkumpul dengan teman-temannya. Saat dia ke
kantin tiba-tiba “brakk !”, setumpukan buku jatuh di depannya. “Eh gimana sih
kalau jalan ! udah tau aku mau lewat !!”, bentak Stella. “Maaf aku tidak
sengaja. Aku sangat repot membawa buku sebanyak ini. maafin aku.”, jawab Viona.
“Udah sana minggir !!”, Stella sangat jengkel dengan Viona.
Setibanya di kantin dia melihat teman-temannya sudah berkumpul. Sebagian besar
teman-temannya adalah laki-laki. Yang perempuan hanya Sherly, Ririn dan Lika.
Sifat mereka juga sama dengan Stella. “eh, lihat tuh kumpulan para cupu.
Hahaha”, ejek Sherly kepada geng Viona. “udah Viona jangan di dengerin ya kita
duduk di situ aja yuk, anggap aja angin lewat.” Bujuk Shinta salah satu sahabat
Viona. “eh cupu kalau emang nggak berani bilang gak usah sok bijak deh.”, sahut
Ririn. “ah mending makan aja deh dari pada ngurusin geng cupu itu.”, gerutu
Stella.
Viona adalah salah satu murid yang terkenal kepandaiannya di sekolah. Dia
selalu bersama sahabat-sahabatnya yaitu Shinta,Dea dan Talista. Stella dan
teman-temannya selalu jengkel saat guru-guru memuji mereka. Stella tidak mau
terkalahkan oleh Viona dan teman-temannya. Kedua geng itu juga sangat terkenal
di SMPN Jaya 1. Satu sekolah hampir tau geng Stella dan geng Viona tidak pernah
akur. Tetapi murid-murid SMPN Jaya 1 tau bahwa geng Stella lah yang selalu
membuat masalah di sekolah. Para guru pun juga hampir putus asa mengahadapi
anak-anak nakal itu.
“Tett, tett, tett.” Bel masuk pun berbunyi. Anak-anak kelas 9 segera masuk ke
kelasnya masing-masing. Mereka harus melaksanakan try out se-Kota. Saat try out
sedang berlangsung, terlihat Stella selalu saja bertanya kepada teman yang ada
di depannya. “Stella !! kerjakan pekerjaanmu sendiri !!”, tegur Ibu Kristin
salah satu guru yang sangat jengkel dengan sifat Stella. “ibu ini gimana sih !!
kalau tidak mencontek bagaimana nilai kita bisa bagus !”, jawab Stella.
“sekarang kamu keluar dan bawa sini pekerjaanmu !! CEPAT !”, bentak bu Kristin
sambil mengusir Stella dari kelas. Dengan wajah kesal dan penuh amarah Stella
memberikan kertas jawabanya kepada Bu Kristin.
“ah gila tuh guru, gimana nilai anak-anak mau bagus kalau gak nyontek !”,
gerutu Stella. Terlihat Viona sedang duduk di depan kelasnnya. “eh cupu ngapain
kamu di situ ? kamu di usir dari kelas ya ?”, tanya Stella. “enggak kok Stella
aku sudah selesai. Aku Cuma menunggu teman-temanku.”, jawab Viona dengan
lembut. “oh yaudah aku mau pulang. Bete di sekolah !!”, jawab Stella sinis.
“Brakk !!”, suara pintu rumah yang telah dibanting oleh Stella. Papa Pratama
dan Mama Leni sangat terkejut. “apa-apaan sih kamu Stella. Pulang-pulang
langsung banting pintu !!.”, bentak Papa Pratama. “Papa kok udah pulang sih ?”,
tanya Stella. “Mama kamu sakit.”, jawab Papa Pratama. “oh, yaudah Stella mau ke
kamar.”. Dia langsung ke kamar tidak menghiraukan Papanya dan sama sekali
tidak menananyakan bagaimana keadaan mamanya.
Mama Leni keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar Stella. “Sayang kamu sudah
pulang nak ?”, tanya Mama Leni sambil memegang dadanya yang sakit. “sudah ma.
Mama ngapain ke kamar Stella. Bukannya dulu mama tidak pernah menanyakan kedaanku
? Mama selalu memikirkan diri Mama sendiri. Mama nggak pernah pikir perasaan
Stella sama Papa !!”, bentak Stella. “Maafkan Mama Stella. Tapi Papa kamu slalu
ada di hati Mama sayang.”, jawab Mama Leni sambil menangis. “Mama bohong !! di
hati Mama Cuma ada Papa Pratama !! Mama pergi aja dari kamar Stella !!.”, usir
Stella. Sambil menangis Mama Leni keluar dari kamar Stella. Dia tidak menyangka
anak satu-satunnya bersikap seperti itu kepadannya.
“kamu kenapa ? apa yang Stella lakukan terhadapmu ?”, tanya Papa Pratama panik.
“aku tidak papa kok. Stella masih belum trima posisi Papanya tergantikan. Dan
aku dulu juga selalu memikirkan pekerjaanku. Itulah yang membuat sifat Stella
berubah. Aku takut Stella membenci ku.”, jawab Mama Leni sambil menangis.
“sudah tidak usah kamu pikirkan sekarang kamu istirahat saja.” Papa Pratama
langsung mengajak Mama Leni ke kamar untuk beristirahat. Air mata Mama Leni
terus menetes. Dia merindukan Stella yang dulu. Stella yang lucu dan sangat
baik hati.
Keesokan harinya seperti biasa dia sama sekali tidak menghiraukan orang
tuannya. Dia masih terpukul saat Mamanya menikah dengan Papa Pratama. Stella
masih menyayangi Papa kandungnya yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu.
“uhukk .”, batuk Mama Leni. “astaga, hidung kamu berdarah. Ayo kita ke rumah
sakit. Stella ikut Papa ya ?”, ajak Papa Pratama. “enggak mau. Males.”, jawab
Stella dengan acuh.
Ketika Papa Pratama mengantarkan Mama Leni ke rumah sakit, Stella mengambil
foto Papanya. Dia memeluk erat-erat foto itu. dia sangat merindukan Papanya.
tiba-tiba air mata Stella menetes. Dia pun tertidur pulas di sofa ruang
keluarga. Dalam tidurnya dia bermimpi bertemu dengan Papanya. Stella berlari
menuju Papanya dan memeluknya dengan erat. “Stella, Papa merindukanmu. Papa
sayang sama kamu.”, kata Papa Stella. “Aku juga merindukan Papa. Aku sayang
sekali dengan Papa.”, jawab Stella dengan penuh kasih sayang. Tapi tiba-tiba
Mama Leni datang dan menghampiri mereka. “Stella, Mama harus pergi dengan
Papamu. Jaga dirimu baik-baik sayang.”, kata Mama Leni sambil melambaikan
tangan.
“Kring !!” telepon rumah berbunyi. Stella bangun dari tidurnya dan langsung
mengangkat telepon. “Hallo ? dengan siapa ini ?”, tanya Stella. “Stella ini
Papa, kamu segera ke rumah sakit. Mama kamu kritis.”, jawab Papa Pratama dengan
panik. “APA ?! iya aku segera kesana Pa.”
Sesampainya di rumah sakit Stella langsung memeluk Mamanya. “Stella maafkan
Mama selama ini ya. Mama sayang sama kamu . Mama juga masih menyayangi Papa kamu.
Jaga dirimu baik-baik sayang.”, kata Mama Leni. Mama Leni menghembuskan nafas
terakhirnya. Stella sangat menyesal selama ini dia tidak menyadari bahwa Mama
Leni sangat menyayanginya. Stella menangis sambil memeluk Mamanya. Saat di
pemakaman Mamanya, Stella melihat Papa dengan Mama Leni sambil tersenyum
kepadanya. Dalam hati Stella berkata, “maafkan
aku Ma. Papa, jaga Mama ya. Aku sayang kalian.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Bijak dalam Berkomentar