Kehilangan Sebuah Baki
Mentari belum bersinar sekolah masih sangat sepi hanya ada Pak satpam yang sedang membuka gerbang sekolah. Aku sudah berada di sekolah. Kukira sudah tidak ada orang lagi dan ternyata ada sesosok orang yang sedang duduk sendirian di depan kelas 75 yaitu Thania.
"Oyong...." kusapa dia dengan panggilan khasnya. oyong adalah adik kelasku.
"iya ka, kenapa?" Oyong menjawab.
"Sendirian aja de."
"iya kak belum pada datang lagian pula ini masih jam setengan 6 pagi."
Karena keasyikan mengobrol ternyata mentari sudah mulai bersinar. Anak-anak Paskibra sudah mulai berkumpul untuk pergi ke otista untuk membawa kontingen. Aku bertugas sebagai pembawa baki. Selama perjalanan menuju Otista, aku selalu membawa baki itu. Ketika sampai, baaki itu ku titipkan ke Monalisa karena aku ingin mengganti baju. Setelah selesai aku menyamper Monalisa untuk mengambil baki itu.
"Mona, bakinya mana?" aku bertanya.
"Aku gak tau ka." Diapun menjawab
"Kan tadi bakinya sudah aku titipkan kekamu."
"iya ka, tapi karena aku juga ingin mengganti baju aku langsung meletakkan baki itu di bangku penonton." Mona menjelaskan.
Mendengar penjelasan Mona aku langsung melihat ke bangku penonton ternyata tidak ada. Disaat seperti itu aku benar-benar panik. Ditambah lagi seluruh petugas disuruh berkumpul. Aku pun langsung mengadu ke ka ibenk, pelatih Paskibra.
"Yasudah sana cepat cari dulu dibangku penonton yang tadi kamu meletakkan baki." Ka ibenk menyuruhku.
Bolak balik mencari tapi tetap saja tidak ada. Tanpa ku sadari air mataku sudah jatuh ke tanah. Karena aku sudah dalam keadaan menangis, aku pun disuruh duduk di bangku penonton. Selama itu aku hanya merenung coba saja kalau aku tidak meletakkan baki itu di bangku penonton pasti tidak akan hilang. Tiba-tiba ka Ibenk menghampiriku.
"Anita bakinya ketemu?" Ka ibenk bertanya. Aku hanya bisa menggeleng.
"Yasudah ntar cari lagi, sekarang kamu jadi pemegang bendera aja."
Aku mengangguk sambil menghapus air mataku. Setelah selesai acaranya, kita disuruh berkumpul kembali. Ka ibenk mencoba menghiburku agar tidak kepikiran tentang baki tetapi aku tetap saja memikirkannyaa. Selesai berkumpul kita kembali ke sekolah dan membahas soal baki lagi. Akhirnya baki itu diganti dengan yang baru. Pak hendri yang saat itu sedang ada di sekolah berkata, "Anita kamu baki banyak sejarahnya malah diilangin." Aku hanya bisa tersenyum dan bingung harus menjawab apa.
-selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Bijak dalam Berkomentar