Hari ini adalah hari pertama aku
menduduki bangku kelas IX. Aku mencari namaku di mading sekolah, agar
mengetahui kelas ku berada dimana. “Hmm.. mana sih namaku kok gaada ya? Eh ini
namaku, Wika Widya Laureta, nah iya bener!” ternyata namaku tercantum dikelas
IX-5. Aku senang karena aku satu kelas dengan sahabatku. Tapi aku juga merasa
tidak nyaman setelah melihat daftar nama murid kelas IX-5, karena dari beberapa
nama itu, setahu ku ada anak yang jutek, sombong, sok berkuasa dan bandel. Aku takut
jika nanti aku masuk kelas, aku tidak bisa berbaur dengan anak-anak lainnya. Untung
saja aku satu kelas dengan sahabatku.
Aku menyusuri koridor sekolah
untuk mencari kelas IX-5 dengan sahabatku, Alifia. “Kira-kira kelas IX-5 masih
sama kaya kelas yang dulu ga ya lif? Atau udah dipindahin kelasnya?” tanyaku. “setau
gue sih udah dipindahin wik, jadi di samping koperasi kelasnya. Tapi gatau
juga, itu setau gue loh ya.” Katanya. Setelah kita mencari, akhirnya sampai
juga di tujuan kita yaitu kelas IX-5.
“kita duduk disini aja wik” ajak
alifia, dan aku mengikutinya. Aku duduk sama alifia di pojok kanan paling
depan, tepat didepannya meja guru. Aku berkenalan dengan 2 orang yang duduknya
dibelakangku Haniza dan Afinsa.
Aku menyusuri setiap sudut kelas
ini dan mengamati teman-teman sekelasku. Aku merasa takut tidak bisa sedekat
seperti berteman dengan teman kelas VIII ku waktu dulu. Aku melihat bangku
paling belakang, disana terlihat ada 6 orang yang sedang mengobrol dan tertawa
bersama, sepertinya mereka sudah kenal dekat sekali. Ditempat duduk tengah aku
melihat 8 orang yang sedang bermain truth or dare. Dibangku pojok dekat pintu
juga terlihat 4 orang yang sedang asyik bercerita sepertinya. Aku juga melihat
Afinsa dan Haniza yang sedang asyik mengobrol dengan 2 orang yang duduk
dibelakangnya.
“lif, liat deh, yang duduk
dibarisan belakang, mereka dulunya semuanya kelas VIII-2, terus yang duduk
ditengah mereka dulunya kelas VIII-4, yang duduk dibarisan dekat pintu mereka
dulunya kelas VIII-1. Duh, gue takut gabisa berbaur nih , mereka anak eksis
semua rata-rata, takutnya mereka semua sombong dan gamau main dan berteman
dengan kita.”
“udah jangan berfikir kaya gitu
wik, siapa tau aslinya mereka asik, baik dan gasombong. Kita pasti bisa kok
berbaur sama mereka. Buktinya kita udah dapet 2 teman baru, Afinsa dan Haniza
kan?”
“iya gue takut aja. Soalnya Cuma kita
berdua doang yang dari kelas VIII-7 dulunya. Semoga kita bisa berbaur deh sama
mereka.”
Setelah sekian lama kami berada
dikelas dengan kesibukan masing-masing, terlihat seorang guru memasuki kelas. “Assalamualaikum
anak-anak”, “Walaikumsalam ibu” sahut kami bersamaan. “perkenalkan nama ibu,
Widiati, ibu biasa dipanggil ibu Widi, kalian bisa memanggil Ibu dengan sebutan
itu. Ibu disini menjadi wali kelas kalian sekaligus menjadi guru bahasa inggris
kalian. Semoga kalian senang ya diajar oleh Ibu.” Ucap bu Widi memperkenalkan
diri. Kemudian kami satu persatu memperkenalkan diri di depan kelas dan
berbincang-bincang denagn ibu Widi. Akhirnya bel istirahat berbunyi, aku dan
Alifia kekantin bersama.
Tidak terasa setelah sekian lama
aku dan Alifia mengobrol dikantin sambil
makan bekal yang kami bawa, bel masuk pun berbunyi. Aku dan Alifia pun
menuju kelas. “teman-teman sekarang waktunya kita membuat struktur organisasi
kelas yuk, mumpung belum ada guru yang mengajar nih.” Ucap Mahdi. Akhirnya kami
menyetujuinya. “nah sekarang yang mau mencalonkan diri sebagai pengurus kelas,
silahkan maju kedepan.” Sambungnya. Akupun maju kedepan kelas untuk mencalonkan
diri sebagai pengurus kelas. Setelah diangket, ternyata aku dipilih sebagai
bendahara kelas ini.
Keesokan harinya, aku sudah mulai
aktif sebagai bendahara dikelas ini, aku mulai menagih uang kas dan dari sini
aku bisa akrab dengan murid-murid lainnya. Ternyata tidak seperti yang aku
fikirkan sebelumnya, mereka semua ternyata teman-teman yang baik dan asik. Hanya
karena wajahnya saja yang terkesan jutek dan sombong, ternyata dugaanku salah.
Hari demi hari aku mulai mempunyai
sahabat baru dikelas, orang-orang yang awalnya aku anggap sebagai anak yang
jutel, sombong, sok berkuasa dan bandel ternyata mereka semua solid, asik,
baik, penghibur dan tidak sombong.
Seiring berjalannya waktu kami
lalui sebagai kelas IX, akhirnya ujian praktek pun tiba. Aku merasa waktu terlalu cepat, karena tidak
terasa sebentar lagi kita akan berpisah.
Setelah kami menjalankan ujian
praktek, akhirnya kami sampai dipuncaknya yaitu Ujian Nasional. Aku merasa
takut sekali berpisah dengan sahabat-sahabatku. “teman-teman kita berdoa
bersama-sama yuk , supaya kita diberi kesuksesan dan kelancaran saat ujian
nanti, dan supaya hasil ujian nanti kita bisa memuaskan.” Ajak ketua kelas
kami, Indra. Setelah berdoa bersama guru pengawas memasuki ruangan. Dan ujian
pun dimulai.
Ujian nasional pun sudah kami
lewati, sekarang hanya tinggal menunggu waktu pengumuman nem saja. Aku dan 12
orang sahabatku pergi berlibur bersama ke Dufan. Disini kami bersenang-senang
dan tertawa bersama untuk melepas penat seusai ujian. Mungkin ini adalah hari
terakhir kami berlibur bersama, karena kami tahu pasti tidak mungkin satu
sekolah lagi. Ya walaupun kami bisa kumpul setelah lulus nanti, tapi aku yakin
pasti tidak bisa selengkap seperti sekarang ini.
Aku dan sahabatku menikmati
wahana-wahana yang ada disini. Kami berfoto bersama sambil tertawa, sesekali
kami bercanda sampai kami pun menjadi pusat perhatian orang-orang karena
terlalu heboh. Tidak terasa hari mulai gelap, ternyata sekarang sudah pukul
05.00 sore . kami pun memutuskan untuk makan dan pulang.
“Alif, ayo buruan ih, kebiasaan
banget deh lama banget sih dandannya.”
“ih, sebentar lagi, tinggal
rapihin kerudung doang nih. Liat deh udah rapi belum?”
“udah, udah cantik kok . Let’s go to school, hari ini pengumuman
nih gue udah gasabar.”
Setelah sampai disekolah, aku
melihat anak-anak yang sudah memenuhi mading sekolah. Aku juga melihat
sahabat-sahabatku disana yang sedang sibuk mencari namanya disana. “Alhamdulillah
gue lulus! Dan nemnya memuaskan! Yey!” teriak Haniza dengan bangganya dan
langsung memeluk kami. “aduh mana sih namaku?” kataku gelisah. “ini nama lu
wik, cie lulus cie nemnya juga bagus” goda Rohman. “alhamdulillah berati bisa masuk
sekolah Prisma Jaya dong?yess!” ucapku girang sambil lompat-lompat lalu memeluk
sahabatku.
“kita berpisah deh, kalian jangan
sombong ya semuanya. Selalu inget wika ya. Makasih udah mau jadi sahabat gue,
gue bangga punya sahabat kaya kalian. Padahal dulu aku berfikir gue ga bisa
berteman sama kalian dan berfikir kalau kalian jutek, sombong, sok berkuasa dan
bandel. Tapi dugaanku salah. I proud you,
My bestfriend!”
Kami semua berpelukan dan
menangis -selesai- Cerpen by Wika Widya Laureta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Bijak dalam Berkomentar