-->

cerpen keluarga

05 Oktober 2012



Maafkan Aku Mama

“Hoamm”, pagi ini Stella sangat malas sekali. Dengan terpaksa Stella pun harus segera mandi. Dia tidak mungkin membolos sekolah hari ini. Dia harus menghadapi try out kota di sekolahnya. Stella salah satu murid SMPN Jaya 1 ini adalah anak yang sangat nakal. Apalagi dengan orang tuanya, dia terlihat seperti anak durhaka. Tetapi orang tua Stella hanya bisa sabar menghadapinnya. Mereka yakin suatu saat nanti Stella bakal berubah.
Setelah mandi dengan wajah lesu dia turun ke bawah untuk sarapan pagi dengan keluarga. Seperti biasa dia hanya duduk di meja makan tidak bertegur sapa dengan orang tuanya. Papa Pratama terkadang memarahinya karena sifatnya itu. tetapi untuk kali ini Papa Pratama hanya bisa diam. Stella langsung beranjak dari kursinya dan berangkat sekolah tanpa berpamitan dengan orang tuanya.
       “Pah semakin lama anak kita perlakuannya semakin parah. Mama sedih melihat sifatnya yang seperti itu.”, keluh Mama Leni.
       “Sudah, mama tidak usah memikirkan anak durhaka itu. sekarang pikirkan kesehatan mama dulu. Papa tidak mau penyakit mama semakin parah.”, jawab Papa Pratama.
       Mama Leni memang terkena penyakit yang cukup parah. Tetapi Stella tidak tau tentang hal itu. Papa Pratama sangat sedih melihat istrinya yang sakit-sakitan itu. Dia mulai memikirkan bagaimana caranya agar sifat Stella itu berubah.
       Di sekolah, seperti biasa, dia berkumpul dengan teman-temannya. Saat dia ke kantin tiba-tiba “brakk !”, setumpukan buku jatuh di depannya. “Eh gimana sih kalau jalan ! udah tau aku mau lewat !!”, bentak Stella. “Maaf aku tidak sengaja. Aku sangat repot membawa buku sebanyak ini. maafin aku.”, jawab Viona. “Udah sana minggir !!”, Stella sangat jengkel dengan Viona.
       Setibanya di kantin dia melihat teman-temannya sudah berkumpul. Sebagian besar teman-temannya adalah laki-laki. Yang perempuan hanya Sherly, Ririn dan Lika. Sifat mereka juga sama dengan Stella. “eh, lihat tuh kumpulan para cupu. Hahaha”, ejek Sherly kepada geng Viona. “udah Viona jangan di dengerin ya kita duduk di situ aja yuk, anggap aja angin lewat.” Bujuk Shinta salah satu sahabat Viona. “eh cupu kalau emang nggak berani bilang gak usah sok bijak deh.”, sahut Ririn. “ah mending makan aja deh dari pada ngurusin geng cupu itu.”, gerutu Stella.
       Viona adalah salah satu murid yang terkenal kepandaiannya di sekolah. Dia selalu bersama sahabat-sahabatnya yaitu Shinta,Dea dan Talista. Stella dan teman-temannya selalu jengkel saat guru-guru memuji mereka. Stella tidak mau terkalahkan oleh Viona dan teman-temannya. Kedua geng itu juga sangat terkenal di SMPN Jaya 1. Satu sekolah hampir tau geng Stella dan geng Viona tidak pernah akur. Tetapi murid-murid SMPN Jaya 1 tau bahwa geng Stella lah yang selalu membuat masalah di sekolah. Para guru pun juga hampir putus asa mengahadapi anak-anak nakal itu.
       “Tett, tett, tett.” Bel masuk pun berbunyi. Anak-anak kelas 9 segera masuk ke kelasnya masing-masing. Mereka harus melaksanakan try out se-Kota. Saat try out sedang berlangsung, terlihat Stella selalu saja bertanya kepada teman yang ada di depannya. “Stella !! kerjakan pekerjaanmu sendiri !!”, tegur Ibu Kristin salah satu guru yang sangat jengkel dengan sifat Stella. “ibu ini gimana sih !! kalau tidak mencontek bagaimana nilai kita bisa bagus !”, jawab Stella. “sekarang kamu keluar dan bawa sini pekerjaanmu !! CEPAT !”, bentak bu Kristin sambil mengusir Stella dari kelas. Dengan wajah kesal dan penuh amarah Stella memberikan kertas jawabanya kepada Bu Kristin.
       “ah gila tuh guru, gimana nilai anak-anak mau bagus kalau gak nyontek !”, gerutu Stella. Terlihat Viona sedang duduk di depan kelasnnya. “eh cupu ngapain kamu di situ ? kamu di usir dari kelas ya ?”, tanya Stella. “enggak kok Stella aku sudah selesai. Aku Cuma menunggu teman-temanku.”, jawab Viona dengan lembut. “oh yaudah aku mau pulang. Bete di sekolah !!”, jawab Stella sinis.
       “Brakk !!”, suara pintu rumah yang telah dibanting oleh Stella. Papa Pratama dan Mama Leni sangat terkejut. “apa-apaan sih kamu Stella. Pulang-pulang langsung banting pintu !!.”, bentak Papa Pratama. “Papa kok udah pulang sih ?”, tanya Stella. “Mama kamu sakit.”, jawab Papa Pratama. “oh, yaudah Stella mau ke kamar.”. Dia langsung ke kamar tidak menghiraukan Papanya dan sama sekali tidak menananyakan bagaimana keadaan mamanya.
       Mama Leni keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar Stella. “Sayang kamu sudah pulang nak ?”, tanya Mama Leni sambil memegang dadanya yang sakit. “sudah ma. Mama ngapain ke kamar Stella. Bukannya dulu mama tidak pernah menanyakan kedaanku ? Mama selalu memikirkan diri Mama sendiri. Mama nggak pernah pikir perasaan Stella sama Papa !!”, bentak Stella. “Maafkan Mama Stella. Tapi Papa kamu slalu ada di hati Mama sayang.”, jawab Mama Leni sambil menangis. “Mama bohong !! di hati Mama Cuma ada Papa Pratama !! Mama pergi aja dari kamar Stella !!.”, usir Stella. Sambil menangis Mama Leni keluar dari kamar Stella. Dia tidak menyangka anak satu-satunnya bersikap seperti itu kepadannya.
       “kamu kenapa ? apa yang Stella lakukan terhadapmu ?”, tanya Papa Pratama panik. “aku tidak papa kok. Stella masih belum trima posisi Papanya tergantikan. Dan aku dulu juga selalu memikirkan pekerjaanku. Itulah yang membuat sifat Stella berubah. Aku takut Stella membenci ku.”, jawab Mama Leni sambil menangis. “sudah tidak usah kamu pikirkan sekarang kamu istirahat saja.” Papa Pratama langsung mengajak Mama Leni ke kamar untuk beristirahat. Air mata Mama Leni terus menetes. Dia merindukan Stella yang dulu. Stella yang lucu dan sangat baik hati.
       Keesokan harinya seperti biasa dia sama sekali tidak menghiraukan orang tuannya. Dia masih terpukul saat Mamanya menikah dengan Papa Pratama. Stella masih menyayangi Papa kandungnya yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu. “uhukk .”, batuk Mama Leni. “astaga, hidung kamu berdarah. Ayo kita ke rumah sakit. Stella ikut Papa ya ?”, ajak Papa Pratama. “enggak mau. Males.”, jawab Stella dengan acuh.
       Ketika Papa Pratama mengantarkan Mama Leni ke rumah sakit, Stella mengambil foto Papanya. Dia memeluk erat-erat foto itu. dia sangat merindukan Papanya. tiba-tiba air mata Stella menetes. Dia pun tertidur pulas di sofa ruang keluarga. Dalam tidurnya dia bermimpi bertemu dengan Papanya. Stella berlari menuju Papanya dan memeluknya dengan erat. “Stella, Papa merindukanmu. Papa sayang sama kamu.”, kata Papa Stella. “Aku juga merindukan Papa. Aku sayang sekali dengan Papa.”, jawab Stella dengan penuh kasih sayang. Tapi tiba-tiba Mama Leni datang dan menghampiri mereka. “Stella, Mama harus pergi dengan Papamu. Jaga dirimu baik-baik sayang.”, kata Mama Leni sambil melambaikan tangan.
       “Kring !!” telepon rumah berbunyi. Stella bangun dari tidurnya dan langsung mengangkat telepon. “Hallo ? dengan siapa ini ?”, tanya Stella. “Stella ini Papa, kamu segera ke rumah sakit. Mama kamu kritis.”, jawab Papa Pratama dengan panik. “APA ?! iya aku segera kesana Pa.”
       Sesampainya di rumah sakit Stella langsung memeluk Mamanya. “Stella maafkan Mama selama ini ya. Mama sayang sama kamu . Mama juga masih menyayangi Papa kamu. Jaga dirimu baik-baik sayang.”, kata Mama Leni. Mama Leni menghembuskan nafas terakhirnya. Stella sangat menyesal selama ini dia tidak menyadari bahwa Mama Leni sangat menyayanginya. Stella menangis sambil memeluk Mamanya. Saat di pemakaman Mamanya, Stella melihat Papa dengan Mama Leni sambil tersenyum kepadanya. Dalam hati Stella berkata,  “maafkan aku Ma. Papa, jaga Mama ya. Aku sayang kalian.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon Bijak dalam Berkomentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS